Penilaian Dampak Lingkungan Berdasarkan Hasil LCI.

 

Identifikasi Minimal 3 Kategori Dampak Lingkungan

Dalam studi Life Cycle Impact Assessment (LCIA), terdapat banyak kategori dampak yang dapat dianalisis. Untuk produk botol plastik, tiga kategori yang paling relevan adalah Global Warming Potential (GWP), Acidification, dan Resource Depletion. Ketiganya dipilih karena botol plastik sangat bergantung pada bahan baku minyak bumi, proses produksi yang intensif energi, serta distribusi menggunakan moda transportasi berbahan bakar fosil.

Jelaskan Potensi Dampak untuk Masing-Masing Kategori Berdasarkan Data Input LCI

Global Warming Potential (GWP):

Potensi pemanasan global pada siklus hidup botol plastik terutama berasal dari konsumsi energi selama proses produksi plastik dan distribusi produk. Bahan utama botol adalah PET (Polyethylene Terephthalate) yang berasal dari minyak bumi dan gas alam. Proses pemurnian dan polimerisasi bahan baku ini menghasilkan emisi CO₂ dalam jumlah besar. Pada tahap manufaktur, mesin injection molding dan blow molding membutuhkan energi listrik dan panas tinggi untuk membentuk botol. Jika listrik berasal dari pembangkit berbasis batu bara atau gas, maka emisi gas rumah kaca semakin meningkat. Selain itu, proses distribusi botol dari pabrik ke gudang dan toko menggunakan truk berbahan bakar solar yang juga menghasilkan CO₂. Setelah digunakan, jika botol dibakar atau dibuang ke tempat pembuangan akhir, maka emisi karbon tetap dilepaskan ke lingkungan. Secara keseluruhan, tahap produksi plastik, penggunaan energi fosil, dan transportasi merupakan penyumbang terbesar terhadap pemanasan global.

Acidification:

Dampak pengasaman lingkungan disebabkan oleh emisi NOx (nitrogen oksida) dan SO₂ (sulfur dioksida) yang dilepaskan selama proses industri dan transportasi. Dalam siklus hidup botol plastik, emisi ini berasal dari pembakaran bahan bakar fosil di mesin pabrik, generator listrik, serta kendaraan pengangkut bahan baku dan produk jadi. Gas-gas tersebut bereaksi dengan uap air di atmosfer dan membentuk asam yang kemudian turun ke permukaan bumi dalam bentuk hujan asam. Hujan asam dapat merusak kualitas tanah, menurunkan pH air di sungai dan danau, serta mengganggu pertumbuhan tanaman dan organisme air. Wilayah di sekitar pabrik dan jalur distribusi akan paling terdampak oleh acidification ini.

Resource Depletion:

Botol plastik menggunakan bahan baku utama berupa minyak bumi, yang termasuk sumber daya alam tak terbarukan. Setiap proses produksi botol plastik berarti mengurangi cadangan minyak bumi global. Selain itu, proses produksi juga membutuhkan air dan energi dalam jumlah besar. Karena botol plastik umumnya bersifat sekali pakai dan tingkat daur ulangnya masih rendah, maka sebagian besar botol berakhir di TPA atau mencemari lingkungan laut. Material yang seharusnya masih bisa dimanfaatkan akhirnya hilang dan tidak kembali ke siklus produksi. Hal ini mempercepat kelangkaan sumber daya alam (resource depletion), sekaligus meningkatkan tekanan terhadap eksploitasi bahan baku baru di alam.

Tabel analisis

Kategori Dampak

Data Input Terkait

Potensi Dampak Lingkungan

Global Warming Potential (GWP)

Konsumsi listrik ±60 kWh dalam proses produksi, penggunaan bahan bakar fosil pada mesin dan transportasi

Emisi CO₂, CH₄, dan N₂O dari pembangkit listrik dan kendaraan → meningkatkan efek rumah kaca dan mempercepat pemanasan global

Acidification

Penggunaan bahan bakar diesel pada truk distribusi dan mesin industri

Emisi SO₂ dan NOx → membentuk hujan asam yang dapat merusak tanah, air, serta mengganggu pertumbuhan tanaman dan organisme air

Resource Depletion

Penggunaan minyak bumi untuk produksi PET dan tutup botol

Eksploitasi sumber daya tak terbarukan → penurunan cadangan minyak bumi dan peningkatan risiko kelangkaan bahan baku di masa depan


Interpretasi

Berdasarkan analisis dampak paling signifikan pada botol plastik adalah Global Warming Potential (GWP) yang berasal dari proses produksi resin plastik (berbasis minyak bumi), konsumsi listrik mesin, serta transportasi menggunakan bahan bakar fosil. Selain itu, Resource Depletion juga tinggi karena botol plastik menggunakan sumber daya tak terbarukan seperti minyak bumi dan gas alam.

Rekomendasi utama untuk mengurangi dampak tersebut ialah menggunakan plastik daur ulang (rPET), meningkatkan efisiensi energi pada mesin produksi, serta mengurangi jarak dan frekuensi transportasi. Penerapan konsep reduce–reuse–recycle juga menjadi langkah penting untuk menekan dampak lingkungan.

Sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan, dapat digunakan bioplastik, kemasan guna ulang (refillable bottle), atau mengganti sebagian kemasan dengan bahan ramah lingkungan seperti kaca atau aluminium yang memiliki umur pakai lebih panjang dan dapat didaur ulang lebih efektif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Efisiensi ke Keberlanjutan: Sebuah Renungan tentang Tugas Insinyur Industri

Hubungan Manusia, Teknologi, dan Alam dalam Sistem Industri Laundry Kiloan